Seteru yang Akhirnya Bersatu, Kisah AB-TMS di Kontestasi Pilkada Cianjur

Seteru yang Akhirnya Bersatu, Kisah AB-TMS di Kontestasi Pilkada Cianjur

Foto : Ilustrasi


CIANJUR.Maharnews.com- Tak ada lawan abadi ataupun kawan sejati di dalam politik. Karena sejatinya yang abadi dalam dunia politik adalah sebuah kepentingan semata.

Rangkaian kata diatas ternyata bukan sekadar isapan jempol, tetapi memang benar faktanya. Kata kata itu seakan mengambarkan situasi peta politik yang terjadi di Kabupaten Cianjur salama kurun waktu 12 tahun terakhir.

Ini soal kisah AB dan TMS. Selama kurun waktu itu, hiruk pikuk panggung politik Cianjur tak lepas dari campur tangan dua tokoh tersebut.

Tak dipungkiri, keduanya sama sama memiliki pengaruh sangat besar terhadap perubahan tatanan politik yang selama ini terbangun di Kabupaten Cianjur.

Dalam catatan politik Cianjur, dua tokoh tersebut pernah dua kali saling berhadapan secara langsung, dalam konteks sama sama ingin mewujudkan ambisi di kontestasi Pilkada Cianjur.

Diibaratkan, mereka seperti dua orang yang tengah bermain catur. Sama sama memiliki pion, kuda, luncur dan benteng untuk dimainkan dalam sebuah permainan demi meraih sebuah kepentingan (kemenangan).

SOSOK AB memang lebih dulu menggeluti terjun di dunia politik ketimbang TMS. Dunia politik seakan sudah mendarah daging bagi AB. Terlebih ia memang mewarisi darah politik dari politisi senior Golkar yakni Syahrudin yang tak lain adalah ayah kandungnya.

Sementara TMS, lebih dikenal sebagai PNS di lingkungan Pemkab Cianjur yang disibukan dengan rutinitasnya sebagai birokrat. 

Namu soal urusan Pilkada, TMS lebih dulu merasakannya ketimbang AB. Tercatat pada tahun 2001, namanya muncul dalam sederet calon Kepala Daerah Cianjur. Sayang, nasib belum berpihak kepadanya, ia kalah mujur oleh Wasidi Swastomo yang berhasil meraih suara terbanyak dari anggota dewan.

Pilkada Cianjur 2006 

Pertemuan AB dan TMS diajang kontestasi Pilkada berlangsung pada tahun 2006. Saat itu pertama kalinya sistem pemilihan dilakukan secara langsung  dipilih oleh masyarakat.

2006 rupanya tahun keberuntungan buat TMS. Ia berhasil mengalahkan AB yang saat itu berpasangan dengan incumbent. Skor 1-0 untuk kemenangan TMS.

Pilkada Cianjur 2011

Tertinggal 1-0, AB kembali maju di Pilkada Cianjur 2011. Lagi-lagi ia harus mengakui keunggulan TMS yang saat itu berpasangan dengan dr Suranto. TMS dengan sigapnya menunjukan kepiawaiannya dalam memainkan politik kekuasaan dan berhasil meraih kemenangan di pilkada 2011. Skor 2-0 untuk kemenangan TMS.

Bersatu Dalam Naungan BERIMAN

Persaingan kursi Cianjur 1 antara AB dan TMS berakhir di tahun 2015, menyusul TMS yang sudah tak bisa maju lagi di Pilkada karena terganjal oleh aturan.

Tidak majunya dua tokoh politik yaitu AB dan TMS pada pilkada 2015 membuat persaingan semakin seru. Tak ayal pada pilkada kali ini banyak diwarnai serentetan kejutan. 

Namun yang paling mengejutkan yaitu pada saat Partai Golkar melabuhkan dukungannya terhadap Irvan Rivano Muchtar untuk maju menjadi calon bupati Cianjur dengan Herman Suherman sebagai wakilnya.

Hebohnya lagi, dukungan Golkar Cianjur terhadap Irvan yang tak lain adalah putra TMS berlangsung menjelang detik detik akhir penutupan pendaftaran calon ke KPU.

Aksi Golkar yang dimotori AB ini membuat pangung politik Cianjur geger, seakan dilanda gempa berkekuatan 7 skala richter. Hingga membuat calon lain ketar ketir.

Pasalnya, dengan meluncurnya dukungan Golkar untuk Irvan, secara otomatis menyimbolkan bersatunya dua kekuatan politik besar di Cianjur yang digawangi dua tokoh yang selama ini membuat jerih politisi lainnya. Dua tokoh itu tak lain adalah AB dan TMS.

Terbukti, bersatunya AB dan TMS dibawah naungan pasangan BERIMAN membawa hasil yang mengembirakan. Pasangan Irvan-Herman meraih suara terbanyak di Pilkada Cianjur 2015 mengalahkan pasangan Suranto- Oki.

AB-TMS Peucah Lagi

Jalinan mesra AB dan TMS tak berlangsung lama. Takdir seakan mensiratkan keduanya memang harus terpisah di dunia perpolitikan. 

Retaknya hubungan dua tokoh politik Cianjur itu menyusul langkah TMS yang diikuti sang putra mahkota berpaling ke lain hati selain partai Golkar. 

TMS dan IRM lebih memilih bernaung dibawah tenda biru ketimbang rindangnya pohon beringin sakti. Alhasil, bendera kuning yang selama ini berkibar menandakan kemenangan, seketika itu juga berubah bak melambangkan sebuah keluarga yang tengah dilanda  keduakaan, karena ditinggal pergi sang pujaan.

Namun, keceriaan pengantin baru dibawah tenda biru tak berlangsung lama. Pasalnya baru semur jangung merasakan duduk di kursi pelaminan, petaka besar melanda biduk rumah tangga.

Putra mahkota kena ciduk sang dewi fortuna dari ibu kota. Seketika itu juga pamor tenda biru langsung meredup bak berhias bendera kuning tanda orang tengah berduka.

Hampir dua tahun kejadian itu berlalu. Sepeningal runtuhnya dinasti kini Cianjur seakan tengah mengalami kehampaan. 

Menyambut Pilkada 2020 (Lemah Pasagi)

Jelang Pilkada 2020 peta politik makin menghangat. Kepedihan tahun lalu rupanyan tak membuat AB larut. Justru kini posisi AB bersama Golkar makin menguat di peta politik Cianjur. 

Meskipun Golkar bukan partai pemenang kursi terbanyak namun bisa menjadi penentu dalam Pilkada Cianjur 2020.

Tersirat sebuah teka teki dalam benak segelintir publik Cianjur. Soal, apakah dua tokoh politik Cianjur yakni AB dan TMS masih memainkan permainan caturnya diatas papan catur Pilkada 2020?

Atau justru keduanya sementara ini akan 100 persen berperan sebagai dalang yang memainkan wayangnya?

Dunia politik memang penuh dengan intrik. Tapi paling tidak dari permainan keduanya kita bisa mengambil hikmah ilmu pengetahuan tentang politik.

Tak selamanya satu lebih baik dari dua, tapi tak seharusnya pula dua lebih baik dari satu. JIKA Kosong jauh lebih baik dari keduanya. 

DAN JIKA PEMERINTAHAN KUDA KOSONG MEMANG JAUH LEBIH BAIK DARIPADA YANG BERISI.




Tulis Komentar Facebook

Komentar Facebook

Bijaksana dan bertanggung jawablah dalam berkomentar, karena sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE