Kang Lepi: 94 Tahun NU Menjadi Benteng NKRI

Kang Lepi: 94 Tahun NU Menjadi Benteng NKRI

CIANJUR.Maharnews.com- Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia bahkan di dunia yang lahir pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya Jawa Timur, organisasi yang didirikan  Hadratussyekh KH Hasyim Asyari ini, pada tanggal 31 januari 2020 sekarang genap beruasia 94 Tahun.

Lahirnya NU menjadi tonggak perjuangan tegaknya akidah Islam Ahlussunnah wal Jama’ah yang membawa nilai-nilai rahmatan lil alamin. Selain menjaga akidah dari gempuran kaum pembaharu, kelahiran NU juga ditopang keinginan yang kuat untuk ikut berjuang memerdekakan bangsa Indonesia.

Eksistensi dan berdirinya bangsa ini tentu tidak bias dilepaskan dari peran penting perjuangan Nahdlatul Ulama, sejarah mencatat bagaimana resolusi jihad Hadratussyekh KH Hasyim Asyari  pada 22 Oktober  1945 yang mampu menggerakan setiap elemen bangsa untuk berjuang mempertahankan Indonesia dari gempuran belandan dan sekutunya.

Menurut ketua DPC PKB  yang juga mustasyar PCNU Cianjur  Lepi A.Firmansyah  peranan NU dalam menjaga kondusifitas bangsa ini sangat penting “Kita bersyukur memiliki NU yang dengan tulus telah membimbing umat, menjaga akidah Islam Ahlussunnah wal Jama’ah, menjaga NKRI dan terus berusaha menjadi kekuatan yang menjaga perdamaian, tentunya bukan hal yang mudah sebab untuk melakukan hal tersebut harus siap menirima fitnah, hujatan dan caci maki. Terimakasih NU kami dan bangsa ini berhutang padamu”. Pungkas Lepi  Jum’at 30/1/2020

Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi yang komitmen menjaga akidah, syari’ah dan ukhuwah berlandaskan Islam Ahlussunnah wal Jama’ah yang  mempunyai beberapa karakter sebagai landasan dalam mengimplementasikan ajarannya seperti; tawassuth,tawazun, I’tidal dan tasamuh, pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum naqli (skripturalis) karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya Al-Qur’an dan Sunnah saja, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah relasi empirik.

Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikiran ulama terdahulu, seperti Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi, kemudian dalam bidang fiqih mengikuti empat madzhab; Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hambali, sementara dalam bidang tasawwuf mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi yang mengintegrasikan antara tasawwuf dengan syari’at.

Pola pikir dan tata cara keberagamaan tersebut masih terjaga lestari dikalangan Nahdlatul Ulama sampai sekarang. Sanad keilmuannya terjaga karena diajarkan secara terus menerus di Pondok-pondok  Pesantren  sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah SAW dan para ulama sebagai pewarisnya. 

Diusianya yang ke-94 semoga NU semakin besar dan mandiri sesuai tema harlah “kemandirian NU untuk peradaban dunia” dan NU kedepan semakin eksis menebarkan nilai-nilai Islam Rahmatan Lil Alamin, serta tetap menjaga komitmen menjadi benteng NKRI. 




Tulis Komentar Facebook

Komentar Facebook

Bijaksana dan bertanggung jawablah dalam berkomentar, karena sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE