Ketika PKH "Diperkosa" Kepentingan Politik

Ketika PKH "Diperkosa" Kepentingan Politik

CIANJUR. Maharnews.com - Miris, sebuah program pemerintah yang sejatinya untuk mensejahterakan rakyat, oleh sejumlah oknum justru malah dijadikan sebagai ladang kepentingan politik praktis.

Mereka orang orang awam yang hanya tahu sebagai penerima manfaat seakan dibodohi, dieksploitasi bak sebuah barang dagangan berlabel pemerintah yang dijajakan kepada para bandar suara.

Mendekati detik detik perhelatan demokrasi, aksi si oknum malah  semakin menjadi, berbagai cara dan upaya di lakukan untuk mengiring para penerima manfaat agar menyalurkan hak pilihnya pada si DIA yang selama ini menjadi bandarnya.

Mereka tak berdaya tak bisa berbuat apa apa, hanya manut dan menerima pasrah saat hak pilihnya diperkosa, dipaksa si Oknum ikut hanyut dalam arus kepentingan politiknya. Bayangan tercoretnya nama pada data penerima bantuan jadi sebuah alasan ketidakberdayaan, menjadi momok yang menakutkan.

Alhasil, indahnya warna pelangi ditengah semarak pesta demokrasi kini tak lagi bisa dilihatnya. Matanya seolah dibutakan, ditutup rapat dengan kain berwarna tertentu, pesanan si DIA yang akan berlaga di panggung Pemilu.

Jika kenyataan itu terus didiamkan, tanpa ada solusi atau penindakan. Apa bedanya bantuan pemerintah yang diterima itu dengan candu mematikan. Dirasa nikmat namun perlahan justru malah menjerat sang penerima manfaat.

Bagaimana mereka bisa menjadi sebuah keluarga harapan jika kebebasan berpolitiknya saja dipasung. Bagaimana mereka bisa bangkit dari keterpurukan jika terus dirongrong, dicekoki berbagai kepentingan.

Karna sejatinya, dalam lubuk hati paling dalam, mereka ingin bangkit dari ketidakberdayaan, meraih mimpi mengapai harapan kebahagiaan ditanah air tempat dilahirkan. Menyongsong masa depan, bersama anak bangsa lainnya masuk ke dalam rumah kemerdekaan.

Bukan hanya sekadar diam mematung didepan pintu gerbangnya, menjadi penonton ketika warga asing dengan bebasnya melintas didepan mata, masuk kedalam rumah yang selama ini dijanjikan para pendiri bangsa.

Program Keluarga Harapan harus kembali ke relnya, sesuai dengan tujuannya. Bebas dari implik implik intrik politik para penguasa, yang ingin melampiaskan nafsu kepentingan sesaat yang menyesatkan. 

Jika kepentingan politik masih saja menunggangi, maka pupus sudah impian jutaan peserta program keluarga harapan, karena lambat laun tergerus menjadi Program Suara Harapan (PSH). 




Tulis Komentar Facebook

Komentar Facebook

Bijaksana dan bertanggung jawablah dalam berkomentar, karena sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE