Ngopi Sembari Update Informasi - Berita

Ki Gede Pangrango dan Peringatan yang Tak Didengar

Ki Gede Pangrango dan Peringatan yang Tak Didengar

Foto : Keindahan Gunung Gede Pangrango berselimut kabut dan awan bukan uap panas bumi yang dipaksa keluar oleh mesin pencetak rupiah


Maharnews.com- Di sebuah pagi yang basah, Ki Gede Pangrango turun dari kabut seperti seseorang yang tidak ingin dikenang, hanya ingin didengar.

Ia adalah sahabat tua Eyang Surya Kencana, penjaga tanah tinggi yang diam-diam selalu memayungi Cianjur dari bencana yang tak kita sadari. 

Namun pagi itu ia datang dengan sesuatu yang berat: peringatan. 

“Ada yang hendak menembus perut bumi,” katanya lirih. Bukan metafora melainkan kabar tentang proyek geothermal yang dipaksakan naik ke lereng gunung. 

Warga sudah menolak. Suara mereka jelas, keras, dan berulang-ulang. Tetapi pemerintah punya telinga yang, entah bagaimana, hanya mendengar suara yang datang dari lebih jauh: dari pusat, dari meja-meja yang sibuk menghitung panas bumi dalam bilangan rupiah. 

Gunung tidak pernah menolak manusia, pikir Ki Gede Pangrango. “Yang sering menolak hanyalah keserakahan manusia itu sendiri.” 

Ia menyusuri kampung-kampung, menatap wajah-wajah yang gelisah. Bukan karena takut, tapi karena tahu betul apa yang akan hilang jika hutan retak: mata air, keteduhan, dan ingatan. 

Proyek itu tetap berjalan. Tak peduli pada protes warga yang sudah seperti gema pecah di dasar lembah. Tak peduli bahwa gunung bukan sekadar daratan tinggi, melainkan halaman depan rumah mereka sendiri. 

Di punggung gunung, Ki Gede Pangrango berdiri tegak, seperti sedang menghitung luka yang kelak akan ditanggung manusia. Lalu ia menunduk, perlahan, sebelum kembali pada sunyi yang tak pernah benar-benar memaafkan. 

Tragedi selalu lahir dari keputusan yang terlihat kecil tetapi berbunyi panjang. 

Dan kali ini, suaranya adalah deru mesin bor yang tak mau berhenti meski gunung sudah lebih dulu memberi peringatan 21 November 3 tahun yang lalu.




Tulis Komentar Facebook

Komentar Facebook

Bijaksana dan bertanggung jawablah dalam berkomentar, karena sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE