Ngopi Sembari Update Informasi - Berita

Makam Panjang di Tengah Hutan Sawit, Ternyata Bukan Orang Sembarang

Makam Panjang di Tengah Hutan Sawit, Ternyata Bukan Orang Sembarang

BENGKULU.Maharnews.com- Sebuah makam berukuran tak biasa berada di tengah rimbunya hutan sawit yang terletak di wilayah Jenggalu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu.

Pantauan maharnews.com, Kamis 10 Agustus 2023, panjang makam tersebut diperkirakan mencapai sekitar 2,5 meter. Tampak terukir jelas sebuah nama pada batu nisannya, Renggo Jeno.

Berdasarkan plang yang terpasang di lokasi makam, ternyata nama yang terukir pada batu nisan itu bukanlah orang biasa. Renggo Jeno tak lain adalah seorang Raja pertama Kerajaan Selebar yang bergelar Depati Payung Negara.


Mengutip Wikipedia, riwayat Kerajaan Selebar berasal dari Kerajaan Jenggalu yang didirikan oleh seorang pemberani dan bijaksana yang namanya tidak disebut.

Ada riwayat lain yang menyatakan bahwa Kerajaan Selebar dibina oleh Rangga Janu, salah satu Kerabat Mojopahit. Menurut sejarah dengan runtuhnya Kerajaan Mojopahit karena penaklukan Kerajaan Demak antara 1518-1521 oleh Adipati Unus, beberapa bangsawan Mojopahit yang juga pedagang menuju Bengkulu.

Pada abad inilah diperkirakan kedatangan Rangga Janu dan adiknya Rangga Beru ke daerah Bia Paku di wilayah Kerajaan Jenggalu, dan bermukim. Kemudian menyusul adiknya Rio (Ario) bina yang pandai memikat hati raja, sehingga ia dijadikan kepala daerah Bia Paku dan diberi gelar Rio Kajang Sebidang.

Setelah Raja Jenggalo meninggal, rakyat memilih Rangga Janu sebagai penggantinya karena tindak tanduknya yang bijaksana. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 1565. Beliau lah yang memindahkan kedudukan pemerintahannya ke Bandar Selebar yang letaknya lebih strategis dan menguntungkan niaga di teluk Selebar yang aman dari gelombang ganas Samudera Hindia. Dengan ini mulailah dikenal Kerajaan Selebar dengan rajanya Rangga Janu, bergelar Depati Payung Negara.

Pada tahun 1668 M (1079 H) Depati Bangsa Radin, putra Depati Payung Negara, dari Selebar berkunjung ke Banten menghadap Sultan Agung Tirtayasa (Sultan Abdullah Abdulfatah, 1651-1682).

Ia mendapat surat dari Sultan Banten yang tertulis di atas loyang pengakuan sebagai Raja Kerajaan Selebar dengan gelar Pangeran Natadirja.

Seterusnya menurut riwayat, Pangeran Natadirja inilah yang kawin dengan Putri Kemayan, anak perempuan dari Sultan Agung Tirtayasa, disertai 12 tentara Banten yang turut serta kembali ke Selebar.















Tulis Komentar Facebook

Komentar Facebook

Bijaksana dan bertanggung jawablah dalam berkomentar, karena sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE