Merindu Ramadhan Tanpa Corona
Foto : Ilustrasi (net)
Oleh : Lilis Suryani
Pengelola Paud Al Jabbar dan Pegiat Literasi (Cipatat - Kabupaten Bandung Barat)
Ramadhan adalah bulan suci yang selalu dinanti kehadirannya setiap tahun oleh seluruh umat Islam. Bahkan banyak yang menyebutkan bahwa Ramadhan adalah tamu agung yang kehadirannya harus di sambut dengan suka cita. Namun berbeda dengan Ramadhan sebelumnya, terhitung 2 kali sudah umat Islam menjalani Ramadhannya di tengah pandemi virus Corona.
Ada aktivitas berbeda memang ketika menjalani serangkaian ibadah ramadhan di tengah pandemi ini. Saat berbuka yang biasanya menjadi momen berkumpulnya semua keluarga atau biasa disebut dengan "bukber" kini tidak boleh lagi dilakukan. Pun sholat tarawih yang biasanya menjadi momen untuk lebih merekatkan silaturahmi dengan tetangga kini dibatasi interaksinya dan harus selalu memperhatikan prokes. Mungkin semua punya pertanyaan yang sama. Kapan Corona ini akan berlalu ?
Segala upaya telah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi penyebaran virus, namun ternyata hingga saat ini masyarakat belum merasakan efektivitas nya. Bahkan hingga kini penyebaran virus justru semakin memprihatinkan. Tentu, sebagai orang yang beriman kita wajib meyakini bahwa dibalik semua ini pasti terdapat hikmah.
Adapun kita sebagai seorang muslim tetap menjadikan Syariat sebagai tuntunan dalam bersikap saat terjadi pandemi seperti sekarang. Syariat Islam mengatur bagaimana merespons sebuah pandemi. Wabah pandemi belum terjadi di zaman Nabi, tetapi Nabi Muhammad shalla-Llahu ‘alaihi wa sallam sudah mengajarkan, kalau itu terjadi, bagaimana umatnya menyikapi. Nabi bersabda,
“Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR al-Bukhari)
Hadis ini menjelaskan larangan memasuki wilayah pandemi, agar tidak tertular. Begitu juga bagi yang sudah di dalam, tidak boleh keluar, agar tidak menularkan kepada yang lain. Kecuali, keluar dari wilayah itu untuk berobat.
Ketika pandemi ini terjadi di zaman Khilafah ‘Umar –saat itu wilayah pandeminya adalah Amawash, dekat Palestina, wilayah Syam–, Umar pun menaati syariat dengan melaksanakan prinsip hadis ini dengan membatalkan kepergiannya ke lokasi wabah.
Untuk itu, maka hendaknya saat ini umat muslim bersabar untuk tidak melakukan aktivitas yang memungkinkan tersebarnya virus menjadi lebih luas. Walaupun kerinduan untuk melaksanakan ibadah seperti sedia kala pastilah ada. Namun, jangan sampai kita terbawa perasaan saja tanpa mengindahkan keselamatan baik diri sendiri maupun orang lain.
Di bulan ramadhan ini, hendaknya kita manfaatkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pandemi ini sungguh menunjukan kemahabesaran Allah SWT. Mahluk ciptaan Allah yang berukuran sangat kecil itu dapat mengubah seluruh tatanan kehidupan dunia. Hal inilah yang membuktikan bahwa manusia itu lemah, tak berdaya menghadapi mahlukNya. Maka, kepada Allah lah tempat kita kembali.
Mungkin selama ini kita terlalu sibuk mengurusi kehidupan dunia hingga lupa bersyukur atas nikmat dan karunia-Nya. Atau mungkin manusia sudah berani congkak dihadapan Allah, sehingga ada yang berani lantang mengatakan bahwa ayat konstitusi lebih tinggi kedudukannya daripada ayat Alquran. Namun tentu Allah Maha pengasih dan penyayang.
Pandemi ini mari kita jadikan momen untuk banyak mengoreksi diri seraya bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sungguh-sungguh. Kita akui bahwa kita adalah mahluk yang lemah dan tidak tahu apa-apa. Jika bukan karena Allah yang menghendaki kita untuk mengetahui sesuatu.
Pun begitupula dengan sistem kehidupan yang menjadi landasan seluruh manusia melakukan aktivitas nya, kita serahkan kepada sistem kehidupan buatan-Nya, karena Allah Maha mengetahui apa yang terbaik untuk hambanya.
Merasa rendahlah wahai diri, karena engkau buakanlah siapa-siapa dan bukanlah apa-apa. Allah lah yang Maha segalanya. Kembalilah kepada Islam karena Islam datang dengan membawa seperangkat hukum yang komprehensif untuk menjawab setiap persoalan yang terjadi pada manusia, kapan pun dan di mana pun.
Dan tentang kesempurnaan syariat Islam ini, telah ditegaskan sendiri oleh Zat Yang Mahasempurna. Allah SWT berfirman,
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, telah Kucukupkan untuk kalian nikmat-Ku, dan telah Kuridai Islam menjadi agama kalian.” (QS al-Maidah [5]
Ramadhan kali ini mari kita perbanyak doa seraya bertaubat kepada Allah SWT, semoga pandemi Corona cepat berlalu. Dan kita bisa kembali melanjutkan kehidupan Islam sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dan para Sahabat terdahulu.
Wallahua'lam
- Mayat Perempuan Tanpa Identitas Ditemukan di Perairan Waduk Cirata
- Ratusan PL Diluncurkan, Tunjuk Pemenang Dengan atau Tanpa Syarat?
- Deklarasi Tanpa Penyerahan Surat Sakti, Ternyata B1.KWK Masih OTW
- Tak Ada Logo Partai di Banner, BHS-M Dengan Atau Tanpa PDIP?
- Kantongi 3 Rekomendasi, BHS-M Maju di Pilkada Dengan Atau Tanpa Golkar dan NasDem
- Kreatifitas Tanpa Batas, KTP Warga Disulap Menjadi Ilustrasi Dua Kursi
- Warna Warni Pandemi Corona di Cianjur