Ngopi Sembari Update Informasi - Berita

PKBM Proyek Anggaran Lahan Persimpangan, Pemerintah & APH Tutup Mata

PKBM Proyek Anggaran Lahan Persimpangan, Pemerintah & APH Tutup Mata

Foto : Ilustrasi Mahar


CIANUUR.Maharnews.com- Diatas kertas, Kabupaten Cianjur terlihat serius menangani pendidikan nonformal.

Bayangkan saja, ada 315 PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) tersebar hampir di seluruh wilayah. 

Tapi kenyataannya, angka rata-rata lama sekolah masih stagnan di 7,8 tahun, dan IPM (Indek Pembangunan Manusia) Cianjur belum beranjak dari kategori rendah se Jawa barat.

Yang jadi pertanyaan: apa gunanya banyak PKBM kalau dampaknya minim? 

Panggung Besar, Tapi Kosong 

Banyaknya PKBM seharusnya bisa menekan angka putus sekolah dan membuka akses pendidikan buat warga dewasa. 

Tapi belakangan, muncul dugaan bahwa sebagian PKBM ini hanya formalitas. Bahkan, ada laporan data peserta fiktif dan satu orang yang terdaftar di beberapa PKBM sekaligus, diduga untuk memuluskan pencairan dana. 

Anehnya, pemerintah terkesan lambat merespons. Tidak ada audit besar-besaran, tidak ada transparansi data, dan pengawasan pun tampak lemah.

Baru setelah isu ini mulai mencuat ke publik, Dinas Pendidikan menyatakan akan melakukan verifikasi. Terlambat? 

PKBM Cuma Proyek Anggaran? 

Saat lembaga pendidikan nonformal lebih fokus pada mengejar dana BOP Kesetaraan daripada kualitas pembelajaran, yang rugi bukan cuma negara—tapi masyarakat itu sendiri.

Lulusan PKBM banyak yang tak siap kerja karena minim keterampilan. 

Apalagi kalau PKBM dijalankan ala kadarnya, tanpa kelas rutin, tanpa pelatihan vokasi, tanpa pendampingan. Sekadar menyetor nama, lalu menerima ijazah. 

Perlu Keberanian Politik 

Masalahnya bukan cuma di PKBM-nya. Tapi juga pada pemerintah daerah yang seolah tutup mata. Verifikasi data harusnya jadi agenda rutin, bukan reaktif. Jika memang serius membenahi pendidikan, harus ada: 

1. Audit menyeluruh terhadap seluruh PKBM. 

2. Penghapusan PKBM bodong (Berdapodik Fiktif)

3. Fokus pada kualitas pelatihan, bukan sekadar ijazah. 

Tanpa keberanian itu, PKBM hanya akan jadi panggung pendidikan semu.

Angka bisa direkayasa, tapi kualitas tidak bisa ditipu. 




Tulis Komentar Facebook

Komentar Facebook

Bijaksana dan bertanggung jawablah dalam berkomentar, karena sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE