55 Triliun untuk Menambal Luka Alam: Tapi Masih Berani Mengusik Gunung Gede Pangrango

Maharnews.com- Minggu, 7 Desember 2025, Presiden menyampaikan angka yang membuat publik menggeleng: Rp55 triliun lebih diperlukan untuk memulihkan kerusakan akibat rangkaian bencana hidrometeorologi di Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh.
Banjir bandang menyapu rumah, longsor memutus jalan dan jembatan, dan ribuan warga terpaksa mengungsi. Negeri ini kembali membayar mahal untuk kerusakan alam yang sebagian besar berakar dari ulah manusia.
Tetapi ironi selalu punya panggungnya sendiri. Di saat pemerintah baru saja menghitung kerugian hingga puluhan triliun, di Jawa Barat negara justru bersiap mengulang kesalahan yang sama: membuka pintu bagi proyek geotermal di Gunung Gede Pangrango, sebuah kawasan yang oleh UNESCO sejak 1977 ditetapkan sebagai zona inti Cagar Biosfer. Singkatnya: ini bukan sekadar hutan biasa, “jantung lingkungan” yang memastikan jutaan orang tetap punya air.
Investasi proyek panas bumi ini, kalau diberi lampu hijau penuh, paling banter hanya menghasilkan beberapa triliun rupiah bagi negara dan perusahaan.
Angka yang terlihat besar… sampai kita ingat bahwa kerusakan hulu DAS Ciliwung–Cisadane–Citarum bisa menyeret kita ke tagihan pemulihan yang nilainya berlipat-lipat dari keuntungan itu.
Kita baru saja belajar dari Sumbar, Sumut, dan Aceh bahwa membuka ruang bagi eksploitasi lahan tanpa kendali hanya menghasilkan dua hal: keuntungan untuk segelintir, dan kerugian untuk negara.
Tetapi sepertinya pelajaran itu tidak pernah sampai ke meja keputusan. Kita seperti menonton pejabat yang memadamkan api sambil membawa bensin.
Pertanyaannya sederhana namun menyakitkan:
Jika memulihkan bencana di Sumatera saja sudah memakan Rp55 triliun, berapa triliun yang siap kita bakar jika hulu Jawa rusak?
Gunung Gede Pangrango bukan sekadar gunung. Ia adalah pemberi hidup, penyangga air, sabuk hijau terakhir yang menjaga Bogor, Cianjur, Sukabumi hingga Jakarta dari bencana.
Bila proyek geotermal itu dipaksakan, kita bukan hanya sedang bermain di tepi jurang kita sedang menggali tebingnya.
Dan pada akhirnya, seperti biasa, ketika bencana datang, negara akan kembali keluar uang puluhan triliun, sementara perusahaan tinggal memindahkan kantor, menutup laporan keuangan, dan berpindah ke lokasi eksploitasi berikutnya.
- "Naga naganya" di Balik Panas Bumi Gede Pangrango
- Janji yang Menguap di Kaki Gede Pangrango
- Lapas Klas IIB Cianjur, Bantah Isu Warga Binaan Live TikTok di Dalam Tahanan
- Ki Gede Pangrango dan Peringatan yang Tak Didengar
- SIGAP AIR: Inovasi Panen Air untuk Tingkatkan Indeks Pertanaman Sawah Tadah Hujan di Kabupaten Cianjur
- Desa Sirnagalih Raih Prestasi Dalam Ajang Anugrah Sri Baduga, Wabup Cianjur : Luar Biasa
- Pasar Bojong Meron dan Luka Rakyat Cianjur













