Ngopi Sembari Update Informasi - Berita

Gagal Naik Jabatan Karena Printing 3D

(Prioritas nu Penting, Duit, Deukeut, Dulur)

Gagal Naik Jabatan Karena Printing 3D

Foto : Ilustrasi (wan)



WANGKONG. Maharnews.com - Hari berganti minggu, Maharan sibuk dengan tugas liputannya. Tak terasa, sudah dua minggu berlalu sejak dirinya bertemu dengan Mang Aesen, kebetulan dirinya lagi bersantai di kantin kompleks pemerintahan.

Di mulai dengan kaki kanan, Maharan melangkah masuk ke dalam kantin. Berbagai hidangan lauk pauk tertata rapi di etalase kaca dengan rangka alumunium. Nila goreng, ayam goreng, tempe, tahu, japuh, peda, dadar telor hingga jengkol siap disantap.

Bi Onam sang penguasa kantin, terlihat sibuk membungkus nasi pesanan, dengan berbagai variasi lauk pauk yang diminta. Gerakan tangan yang terlatih dan terampil bak pendekar menyelesaikan bungkusan satu persatu.

Melihat ke arah pintu masuk yang modelnya mirip dengan film koboi lawas, Bi Onam melirik Maharan.

"Bade pesen naon Maharan?," tanyanya.

"Kopi liong Bi, tong dikocek," ucap Maharan sembari mencari kursi kosong di kantin.

Jam istirahat pegawai sekitar sepuluh menit lagi. Maharan mulai mengetik hasil liputannya dari beberapa narasumber yang ditemuinya. Saking fokusnya Maharan tak sadar jika waktu istirahat pegawai telah tiba. Kantin yang awalnya sepi mulai dipenuhi oleh pegawai.

Mang Aesen dengan langkah kaki lemas berjalan ke arah pintu masuk kantin. Sebagai pegawai teladan semangat dan kinerjanya selalu di level maksimal dengan resiko menguras habis seluruh tenaga dan staminanya.

Jam istirahat merupakan waktu mengisi ulang vitalitas Mang Aesen. Kantin selalu menjadi prioritas utama saat jam istirahat.

Di dalam kantin, mang Aesen melihat ke kanan dan kiri, gerakan kepalanya berhenti saat melihat Maharan duduk sendiri di salah satu meja. Tak berpikir lama, Mang Aesen menduduki kursi kosong di depan Maharan.

"Nuju naon Maharan?," tanya Mang Aesen namun tak mendapat jawaban.

"Mahar, Mahar..., Maharan,?" tanyanya ulang sembari menepuk keras pundak Maharan.

BBBBUUKKK!!!

"Bagong Mondok..!!!!," teriak Maharan terkejut dan terlepas dari fokusnya.

"Hapunten Mang, nuju fokus nyieun berita. Kumaha Mang, aya nu tiasa dibantos?" lanjutnya.

"Ampun dekah, pikir teh ka hipnotis tadi..," Mang Aesen menepuk jidatnya sendiri.

Maharan yang tersadar, melihat di depannya sudah tersedia segelas kopi liong panas yang diantar Bi Onam saat dirinya di dunia lain. Tak pikir panjang, kopi langsung diseruput olehnya.

SSSRRRUUUUPUTTT...!!!

"Mantap...!!," ungkap Maharan merasakan pahitnya kopi tanpa dikocek seakan dunia milik pribadi yang lainnya cuma hibah pemda.

Dari arah pintu kantin, seorang rekan jurnalis mendekat dan duduk di sebelah Mang Aesen. Tak panjang lebar, Mang Kisan langsung memesan kopi hitam ke Bi Onam.

"Ngobrol naon iye Maharan," tanyanya sembari melihat ke arah Maharan dan Mang Aesen.

Maharan: "Can ngobrol, iye bade naroskeun harapan Mang Aesen nu hoyong promosi, sukses ato kumaha?," tanyanya menoleh ke Mang Aesen.

Mang Aesen: "Rungkad harapan teh, huuhhh...," jawabnya singkat sambil memegang paha ayam lauk makan siangnya.

Maharan dan Mang Kisan: "Rungkad...!!!" tanya balik keduanya dengan ekspresi terkejut.

Mang Aesen: "Huuh...!!!, Te aya harepan deui... Promosi tinggal kenangan," menegaskan jawabannya memandang langit langit kantin dengan tatapan kosong.

Maharan: Kunaon mang alasanna? Piraku pegawai teladan gagal?, Sugan aya prioritas nu penting?," combo pertanyaan terucap didasari modal suudzon khotimah.

Mang Kisan: "Beak pertanyaan diborong ku Mahar," celetuknya.

Mang Aesen: "Tah eta!!, Memang aya prioritas nu penting..., Prioritas pertama Duit, syarat iye tos dilewat ku Amang, lamun dikira kira nilainya oge ngeluwihan 100. Prioritas Kadua Deukeut, komo iye mah, pegawai teladan tea, nu pastina eweuh jarak sareng dunungan. Tah nu prioritas terakhir Amang gatot pisan alias gagal total," jelasnya sembari geleng geleng.

Maharan dan Mang Kisan: "Waduh!!!," serempak menimpali penjelasan Mang Aesen bak paduan suara yang menang juara satu lomba tingkat kampung.

Mang Aesen: "Prioritas nu katilu iye mustahil pisan dilaksanakeun," jawabnya sembari tepuk jidat.

"Prioritas katilu kudu dulur dunungan. Jadi lamun disingkat 3D - Duit, Deukeut jeng Dulur. Eta prioritas na," sembari melahap suapan terakhir makan siangnya.

Mang Kisan: "Beuh...!!. Lamun kitu bener pisan, Pupus harepan. Edun Te saukur nu boga nyawa nu pupus, harepan oge maot ku Drakuleb,"

Mang Aesen: "Kumaha deui, regulasi di negeri urang mah tos kitu, te bisa diganggu gugat," jawabnya singkat.

Maharan: "Sekedap mang, prioritas nu penting disingkat PRINTING ditambahan 3D jadi PRINTING 3D mang, Wah....!!!," matanya berbinar memikirkan judul berita.

"Judulna Printing 3D Pupuskan Harapanku, tah pas pisan," lanjut Maharan.

Manga Aesen: "Mulai deui," bergegas mengambil start langkah seribu kabur dari Maharan.

Maharan: "Mang bade kamana, tong kabur atuh!!," teriaknya.

Mang Aesen mempercepat langkah kakinya menjauh dari Maharan menuju kantornya.

"Gawe heula, kedap deui tabuh hiji," jawabnya.

"Hiji deui, Bon kantin asupken wae ke nami Amang," tambahnya sembari tertawa kecil melupakan masalah promosi jabatannya.


PENTING!!!
Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada persamaan nama orang, tempat atau kejadian, itu dipastikan kebetulan belaka. (wan)




Tulis Komentar Facebook

Komentar Facebook

Bijaksana dan bertanggung jawablah dalam berkomentar, karena sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE