Ngopi Sembari Update Informasi - Berita

Uang yang Tak Pernah Sembuh saat BOK Raib

Uang yang Tak Pernah Sembuh saat BOK Raib

Foto : Ilustrasi


Maharnews.com- Di Cianjur, uang itu mestinya menyembuhkan. Ia datang dalam bentuk anggaran, Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang ditulis dengan bahasa resmi, dianggarkan dalam miliar rupiah, dan dikirim ke puskesmas-puskesmas yang menjadi nadi kecil dari sistem kesehatan negeri. Tapi seperti banyak hal lain di republik ini, uang itu tak pernah benar-benar sembuh. Ia malah sakit, diselewengkan, dipotong, disiasati. 

Kabar tentang dugaan korupsi di salah satu puskesmas di Cianjur, yang disebut hanya sebagai puncak gunung es  terdengar seperti cerita lama yang diulang. 

Di bawahnya, ada puluhan puskesmas lain, ada aparat, ada laporan yang rapi, ada tanda tangan yang seolah sah. Tapi di sela-selanya, ada kebisuan. Karena korupsi, seperti juga penyakit kronis, sering dimulai dari rasa biasa. Dari “hanya sedikit”, dari “sekadar menyesuaikan laporan”, dari “yang penting kegiatan jalan”. 

BOK itu, mestinya, untuk menjemput warga di pelosok, membeli alat periksa, membiayai tenaga kesehatan yang mengunjungi balita kurus di kampung yang jauh dari jalan raya. Tapi di meja birokrasi, angka-angka itu sering kehilangan tubuhnya. 

Mereka menjadi draf, menjadi data, menjadi formalitas. Hingga pada akhirnya, warga tetap antre panjang di ruang tunggu puskesmas, sementara laporan keuangan menyatakan: semua berjalan baik. 

Cianjur, seperti banyak kabupaten di negeri ini, hidup dalam kontradiksi: orang-orang masih percaya pada doa, tapi pejabatnya percaya pada amplop. Mereka membangun musala di kompleks kantor, tapi juga membangun cara yang licik untuk menyelewengkan dana publik. Di situ mungkin letak luka terdalam dari bangsa ini  antara niat baik dan nafsu yang diam-diam saling berdamai. 

Uang publik, ketika diselewengkan, tidak hanya mengurangi anggaran. Ia merusak sesuatu yang lebih halus: rasa percaya. Dan ketika rasa percaya hilang, bahkan suntikan vaksin pun tak cukup untuk menyembuhkan masyarakat. 

Mungkin yang perlu kita rawat bukan hanya kesehatan tubuh warga, tapi juga hati birokrasi. Sebab bila yang mengatur kesehatan justru sedang sakit, maka yang tumbuh bukan penyembuhan  melainkan kebohongan yang diwariskan. 




Tulis Komentar Facebook

Komentar Facebook

Bijaksana dan bertanggung jawablah dalam berkomentar, karena sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE