Ngaos, Mamaos, Maenpo dari Zaman ke Zaman
Foto : Ilustrasi...
CIANJUR.Maharnews.com- Setiap pemimpin daerah di Kabupaten Cianjur mempunyai moto atau jargon contohnya saja, zaman orde baru, Sugih mukti dengan gerakan swasembada pangan dan transmigrasi.
Kemudian jaman almarhum Bupati Ajat S, almarhum Bupati Arifin Y, Bupati .Edi S sampai almarhum Bupati Harkat, BERSEMI yang melahirkan Jumsih (Jumat Bersih) dengan Adipura kencananya.
Pada jaman Bupati Wasidi lahirlah Gerbang Marhamah dengan berbagai proyek yang bernuansa ataupun mengatasnamakan Islami.
Ganti Bupati dengan Tjetjep Muchtar Soleh. lahirlah Ngaos Mamaos Maenpo menggantikan Gerbang marhamah dan tahun 2005 di sosialisasikan oleh para penggagasnya di UNPI Cianjur, kebetulan saya peserta yang hadir dan tidak diundang karena saya diboyong mahasiswa UNPI saudara Heri Wirawan.
Mungkin tidak berkenannya saya untuk hadir karena akan banyak bertanya tentang nilai sejarah juga nilai budayanya hal itu terjadi sampai tidak dapat dijawab oleh tokoh_tokoh penyaji.
Sedikit untuk reperensi Ngaos Mamaos Maenpo silahkan baca,
Dokumen tertulis paling tua tentang Mamaos, Ngaos dan Maenpo yang bisa terlacak adalah "Kitab Pangaosan Cianjur" atau "Kitab Tauhid". Disampaikan dalam bahasa Arab & Sunda dengan huruf Arab dan Pegon.
Kitab ini Selesai ditulis 18 Maulud 1345 H/1927 M oleh empat orang ulama Cianjur, yaitu Rd. Ahmad Sarongge, Ajengan Subki Rancagoong, Ustadz Haji Shalihuddin Kandangsapi, dan Haji Muhammad Shalih Pasirhayam. Sayang, naskahnya entah di mana sekarang.
Selain itu, dokumen-dokumen penting lainnya karya tulisan tangan otentik para Bupati Cianjur terdahulu terungkap dalam koleksi Perpustakaan Nasional RI dan British Library, Inggris.
British Library menyimpan surat perpisahan Bupati Cianjur Raden Aria Adipati Prawiradiredja untuk Raffles bertitimangsa tahun 1816.
Surat ini menjadi satu-satunya surat dalam aksara Latin berbahasa Melayu di antara surat-surat lain dari pejabat pribumi.
Apakah ini merupakan penggunaan aksara Latin pertama oleh orang Sunda dalam surat resmi?
Dalam koleksi Perpustakaan Nasional RI tersimpan salah satu karya penting Dalem Pancaniti (R.A.A Kusumahningrat) yang fenomenal, yaitu kamus Melayu-Sunda dengan tanda tangan bertinta emas. Karya ini ditulis tahun 1857 dan menjadi kamus pertama yang ditulis oleh orang Sunda.
"Ngaos Mamaos Maenpo" catetan, 24/8_2019 (Ngaos) ada dua sudut pandang yang hampir sama yaitu,"ngaos isi Alquran " jika ini maka semuanya sudah final !
tidak usah ada tambahan butir lainnya sebab, nilai-nilainya sudah lebih dari cukup terkecuali hanya membaca tanpa nilai pilosofi kehidupan.
Berikutnya Ngaos dalam perspektif" Budaya Sunda " jika nilai ini yang dituju, maka isinya menggiring pada manusia Wanoh kadiri,wanoh ka Gusti,nyaah kana damelan Gusti" (Membaca diri,membaca sifat Allah, membaca ciptaan Allah.)
Mamaos : Adalah suara indah artinya, sesuatu tutur kata yang terucap harus punya nilai keindahan. Lebih jauhnya bermanfaat bagi kita dan orang banyak ,terkecuali hanya dilihat dari segi tembangnya saja, itu cukup menggiring masarakat hafal lagu wanda Cianjuran.
Maenpo : Adalah salah satu bagian dari Seni gerak artinya gerak indah, jika yang dituju tentang nilai yang sesungguhnya maka, mengajak untuk bersikap dan berprilaku indah tidak untuk menyakiti sehingga, setiap apa yang dilakukannya bermanfaat bagi dirinya dan orang banyak, terkecuali hanya dilihat dari aliran seni geraknya saja kalau ini yang dituju, cukup dengan mempelajari jurus maenponya saja.
Ketiga papagon (pegangan pilosofi) Kyai dan Dalem Cianjur dahulu tersebut, awalnya hanya di peruntukan pada keluarga kadaleman dan lingkungan pasantren saja ,tidak untuk konsumsi masarakat luas alasannya ,Dalem dan Kyai Cianjur dulu,wajib membekali ketiga papagon tersebut pada para putra_putrinya terutama pada calon penerus setelah dirinya.
Alasan 3 papagon tidak untuk keluar lainnya adalah, sebuah tradisi dilingkungan Pendopo Cianjur dahulu, ada bagean ilmu dan pengetahuan yang tidak di perkenankan keluar pendopo (tertutup) contohnya: Seni mamaos dan maenpo, dahulu hanya untuk di lingkungan kadaleman saja.
Pertanyaannya ,Sejak kapan Ngaos,Mamaos dan Maenpo tersebut di publikasikan ke luar lingkungan Pendopo dan untuk kepentingan apa ?
Lepas dari pandangan lain ketiga papagon pilosofi Menak dan Ulama Cianjur tersebut, saya sangat setuju di publikasikan pada masarakat luas, hanya bukan untuk dijadikan wacana politik semata, tapi bagaimana menginplementasikan ketiga nilai pilosofi tersebut ? dan para elitlah yang harus jadi contoh terdepan, kalau memang sudah mengerti.
cag. wilujeng enjing wargi Cianjur mugia ginanjar kawilujengan. .
Oleh Tatang Setiadi Perceka
- Surat Berlabel Garuda Emas Ternyata Usulan Bupati soal Pejabat Baru
- Terima Hasil Ini, PT CSP Urun Gugat Tender ke PTUN
- Jumat Vaksinasi Jaksa Peduli, Sentuh Warga Kelurahan Muka Cianjur
- Mampukah Simadu Atasi Karut Marut Data UMKM Cianjur?
- 35 Unit Barang Bukti Sepeda Motor Akan di Lelang Kejari Cianjur
- Keluhan Jembatan Gantung Rusak di Desa Cihea Direspon Pemerintah
- Tidak Sehat, PT LPK Akhlakul Karimah Bakal Disuntik Dana 9 Milyar