Meneguhkan Pendidikan Kemajemukan
Foto : Ilustrasi sekolah (net)
Oleh: Indar Cahyanto
Pengurus MGMP Sejarah Jakarta Pusat dan Guru Sejarah SMAN 25 Jakarta
Acuan dalam membangun Negara dan masyarakat Indonesia terutama dalam bidang pendidikan yang menjadi modal dasar pembangunan nasional dan membangun peradaban yang maju. Tugas Negara dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kualitas pendidikan dan membebaskan Tanah Air dari buta huruf. Masyarakat berhak mendapatkan kualitas pendidikan yang terbaik diselenggarakan oleh pemerintah dari tingkat taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi.
Hal ini selaras dengan dalam penguatan kualitas pendidikan Pasal 31 UUD 1945 ayat 1, 2 dan 3: (1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
Proses pendidikan sejatinya adalah membangun semangat literasi berarti meneguhkan belajar sepanjang hayat yang wajib dimiliki oleh setiap manusia. Hal ini juga meneguhkan peran pendidikan yang dapat mengubah cara pandang dan cara berfikir secara keilmuan. Hal ini yang kemudian membangun peradaban baru akan terbuka jika kita sebagai manusia secara sadar akan pentingnya pendidikan bagi kehidupannya.
Pendidikan merupakan proses penyadaran dari terbentuknya karakter yang memiliki jiwa pembelajar. Yakni merupakan jiwa manusia yang mau memperbaiki setiap kata dan perbuatan jika melakukan kesalahan. Jiwa manusia pembelajar terus bergerak memperbaiki diri dan membuka ruang diskusi demi sebuah kebaikan dan kemaslahatan bersama.
Belajar menurut Skinner merupakan suatu hal perbuatan mengubah perilaku dan belajar bukan melakukan akan tetapi belajar mengubah apa yang kita lakukan. Artinya bagaimana ruang-ruang kelas itu hanya fokus pada persoalan perhitungan matematika tetapi juga dirancang untuk mengubah pola perilaku yang dapat membangun pola pemikiran. (Margarate E Gredler : 118). Belajar matematika bukan hanya belajar secara teori saja tapi harus mempraktekkan apa yang sudah diajarkan di dalam ruang kelas.
Dalam kehidupan sejarah manusia tak lepas dari adanya sejarah pendidikan yang di dalamnya terdapat proses interaksi kehidupan sesame manusia, Semenjak manusia lahir maka didalamnya terdapat unsur pembentukan jati diri yang merupakan wujud eksistensi manusia dalam proses interaksi yang mendapatkan informasi, pengalaman, dan keterampilan baru untuk bisa menikmati kehidupan yang lebih baik. Makna interaksi yang terkandung di dalamnya menyangkut tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah serta potensi atau sumber daya insani menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil). (Abdul Rahmat;6)
Dalam bukunya Pedagogy of the Oppressed (1972) Freire menganggap The Politics of Education (1985) sebagai teks yang lebih mudah diakses dan konsep-konsep kunci yang diasosiasikan secara kontras antara pendidikan "perbankan" (di mana fakta-fakta disimpan di dalam pikiran siswa secara pasif) dan pendidikan yang mengajukan masalah. gagasan penyadaran (yang lebih dari sekadar peningkatan kesadaran); dan gagasan tentang "budaya diam", di mana orang tidak dapat merenungkan dunia mereka secara kritis mereka menjadi fatalistik dan didominasi. https://www.freire.org/concepts-used-by-paulo-freire
Gagasan penyadaran dan budaya diam perlu digali lebih mendalam oleh para guru, dosen dan pengampuh kebijakan pendidikan. Simpul-simpul keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran kelas diupayakan secara masif dan terstruktur. Penyadaran pentingnya menggali ekspresi jiwa peserta didik disertai dengan penguatan contoh dari guru sebagai fasilitator. Kemudian semuanya berbicara dan tak boleh diam dalam menuangkan gagasan dan ide kreatif yang berkemajuan.
Membangun kurikulum pun pemerintah mengupayakan memberikan perluasan konteks pemahaman kepada guru, praktisi pendidikan dan organisasi pendidikan terlibat aktif dalam membangun kurikulum yang mencerminkan kolaborasi. Karena dalam kurikulum mencerminkan suatu kepribadian yang diambil sesuai dengan cerminan Undang-Undang Dasar 1945.
Menurut pendekatan pedagogis Paulo Freire ada beberapa konsep yang perlu dikembangkan dalam membangun pendidikan.
Pertama, dialog untuk masuk ke dalam dialog mengandaikan kesetaraan di antara para peserta. Masing-masing harus mempercayai yang lain; harus ada rasa saling menghormati dan mencintai (care and commitment). Setiap orang harus mempertanyakan apa yang dia ketahui dan menyadari bahwa melalui dialog pemikiran yang ada akan berubah dan pengetahuan baru akan tercipta.
Kedua, kesadaran Proses mengembangkan kesadaran kritis terhadap realitas sosial seseorang melalui refleksi dan tindakan. Tindakan adalah fundamental karena merupakan proses mengubah realitas. Paulo Freire mengatakan bahwa kita semua memperoleh mitos sosial yang memiliki kecenderungan dominan, sehingga belajar adalah proses kritis yang bergantung pada pengungkapan masalah nyata dan kebutuhan aktual.
Ketiga, Kodifikasi Ini adalah cara mengumpulkan informasi untuk membangun gambaran (kodifikasi) di sekitar situasi nyata dan orang-orang nyata. Dekodifikasi adalah proses di mana orang-orang dalam suatu kelompok mulai mengidentifikasi aspek-aspek situasi sampai mereka merasa berada dalam situasi tersebut dan mampu merefleksikan secara kritis berbagai aspeknya,. Ini seperti seorang fotografer yang membawa gambar ke dalam fokus. Keempat, Konsep pengetahuan perbankan Konsep pendidikan di mana "pengetahuan adalah hadiah yang dianugerahkan oleh mereka yang menganggap dirinya berpengetahuan kepada mereka yang mereka anggap tidak tahu apa-apa". https://www.freire.org/concepts-used-by-paulo-freire
Keempat, konsep tersebut menurut Paulo Freire sangat relevan dalam upaya meneguhkan gerakan pendidikan yang majemuk dalamnya secara kolaboratif dan bekerja bersama membangun pendidikan. Karena kemajemukan masyarakat Indonesia merupakan faktor yang dapat dijadikan sebagai konsep pembelajaran kritis, inovatif dan kreatif. Pembelajaran kemajemukan dapat mengajarkan siswa mengenal konsep ilmu pengetahuan lebih mendalam. Karena disertai contoh fenomena sosial yang terjadi di tengah masyarakat Indonesia.
Semua komponen pendidikan terutama di sekolah dapat membudayakan pemahaman pendidkan yang memerdekakan atau membebaskan tanpa ada tekanan dalam pengajaran. Perlunya dibangun program pembinaan yang terintegral dalam rancangan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada kurikulum 2013 atau kurikulum operasional Sekolah pada kurikulum merdeka. Artinya muatan kurikulum yang terdapat di sekolah harus dijalankan sesuai dengan visi dan misi yang dibuat.
Dibutuhkan kolaborasi semua elemen sekolah dalam membuat acuan rancangan kurikulum di satuan pendidikan. Pimpinan sekolah menjadi leader dan manajer harus mampu memberikan penguatan kepada guru, Karyawan, serta keterlibatan peserta didik dengan orangtua dalam membangun input program sekolah. Terciptanya kurikulum di tingkat sesuai dengan visi dan misi didukung oleh suasana kebersamaan dan kenyamanan merupakan unsur yang sangat berperan dalam menghidupkan suasana sekolah yang berkemajuan.
Membangun pendidikan yang majemuk menghidupkan suasana batin yang menyenangkan dalam lingkungan sekolah. Tidak ada bullying, perkataan negatif ataupun giat yang merusak kenyamanan dalam suasana lingkungan sekolah. Ucapan dan tindakan pimpinan sekolah serta guru ataupun karyawan serta peserta didik mencerminkan keragaman dalam berfikir dan bertindak. Menjaga suasana kebatinan yang menyatu butuh keteladanan dan kecerdasan seorang pimpinan dalam membawa sekolah ke arah yang kemajuan. Ucapan dan tindakan pimpinan sekolah, guru dan karyawan dalam upaya membangun sekolah harus selaras.
Program senam bersama, upacara bendera, makan bersama, ataupun kegiatan kebersamaan perlu dipupuk serta dibina secara terstruktur dalam program sekolah. Perlu suasana pembelajaran yang tidak mengharuskan belajar di dalam kelas tapi bisa berganti dengan suasana pembelajaran lain. Sekolah merupakan taman bermain dalam memanfaatkan kecerdasan yang dimiliki peserta didik. Peserta didik diajak bermain sesuai dengan alam pikiran serta kemampuan yang dimilikinya. Suasana yang akrab dan menyenangkan akan menghasilkan suatu hasil pembelajaran yang bernilai dan bermanfaat untuk peserta didik, guru dan masyarakat sekolah lainnya.
Sekolah merupakan tempat membangun gagasan penyadaran dan membangkitkan budaya diam dalam hal berkata tapi bergerak dalam bekerja. Sehingga sekolah menjadi rumah kedua dalam bergerak dan berinteraksi. Serta mereka akan mengenal karakter teman, gurunya untuk belajar dalam membersamai pembentukan karakternya.
- Mutasi Eselon 2, Bupati Geser Kepala Dinas Pendidikan
- Mutasi Kasi Intel Diduga Terkait Persoalan Proyek di Dinas Pendidikan Cianjur
- Dewan Pendidikan : Keputusan Bupati Cianjur Mencabut PTM 100% Tidak Tepat.
- Membangun Kesadaran Pendidikan Agama Islam di Cianjur
- Peduli Pendidikan Jenjang Kuliah, CV D2 Project Dorong Siswa-Siswi SMA/SMK Lakukan Studi Banding
- CAI Ungkap Borok Pendidikan di Kabupaten Cianjur
- Surat Edaran Terlanjur Tersebar, Pekan Ini Wisata dan Pendidikan Ditutup Kembali