Pembangunan Insfratruktur dan Korelasinya terhadap Kesejahteraan Rakyat
Foto : Ilustrasi. (sumber: kppip.go.id)
Oleh : Siti Susanti, S.Pd.
Pengajar Asy-Asyifa Bandung
Kondisi saat ini, kehidupan terasa sulit, termasuk bagi perempuan. Tidak sedikit yang harus memutar otak untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Ditambah lagi kondisi pandemi, lapangan pekerjaan ataupun peluang wirausaha terasa semakin sulit didapatkan.
Mengutip penjelasan Pemprov Jabar, bagi mereka yang tinggal di kawasan Rebana tampaknya akan mendapatkan angin segar dengan adanya pergerakan ekonomi melompat. Demikian pula kawasan Jawa Barat Selatan, akan digenjot melalui konsep setara. Hal ini sebagaimana pernyataan Gubernur Jabar, Ridwan Kamil.
“Jadi Jabar akan ada dua pergerakan ekonomi luar biasa, melompat melalui Rebana, terus yang terbelakang menjadi setara di Jabar Selatan,” ungkapnya. (cnbcindonesia.com - 30/9)
Rebana Metropolitan merupakan wilayah utara/timur laut provinsi yang meliputi tujuh daerah, yakni Kabupaten Sumedang, Majalengka, Cirebon, Subang, Indramayu, dan Kuningan, serta Kota Cirebon. Semua kita berharap, berbagai upaya pergerakan tersebut akan dapat membawa angin kebaikan bagi seluruh masyarakat, termasuk perempuan.
Namun, sistem yang kapitalistik seringkali mengedepankan untung rugi dalam membuat dan melaksanakan kebijakan. Jika begini, alih-alih rakyat tersejahterakan, namun justru para kapital besar yang akan diuntungkan.
Kondisi ini tampaknya bukan isapan jempol, karena investasi dan industrialisasi itulah yang diutamakan.
Pangkal masalahnya adalah kapitalisme menjadikan pertumbuhan ekonomi diukur berdasarkan produk nasional bruto maupun produk domestik bruto. Padahal, dengan dua indikator ini secara hakikatnya tidak bisa mengukur secara ril kondisi masyarakat karena dihitung berdasar pendapatan rata-rata.
Jikapun dikatakan berbagai pergerakan ekonomi dapat menstimulus penyerapan tenaga kerja, dalam posisi apakah rakyat bekerja. Jangan sampai, para pebisnis mendapatkan untung besar, sementara rakyat hanya sebagai buruh di negeri sendiri.
Sebagai gambaran, saat ini perempuan banyak mengisi lapangan pekerjaan di pabrik-pabrik dibanding laki-laki. Namun, jika menghitung untung rugi yang didapatkan, sebetulnya penghasilan yang didapatkan tidak sebanding dengan pengorbanan yang diberikan.
Pengorbanan terbesar adalah harus berpisah dengan anak untuk waktu yang cukup lama, menyisakan PR terkait tanggung jawab mendidik generasi yang ada di rumah. Mencari intan berlian terasa terlalu mewah, karena kenyataannya pendapatan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pas-pasan. Harus pintar-pintar berhemat atau memutar uang dengan usaha sampingan.
Belum lagi, aktivitas pembebasan lahan untuk industrialisasi seringkali menyisakan persoalan seperti pembebasan lahan yang belum sempurna atau lahan dibeli dengan harga murah.
Prinsip untung sebesar-besarnya dan modal sekecil-kecilnya termanivestasi dalam upah buruh yang murah dan harga lahan yang murah. Jika begini, sejatinya untuk kepentingan siapakah berbagai pergerakan ekonomi yang dilakukan?
Ironis, di tengah pembangunan berbagai infrastruktur untuk kepentingan bisnis, banyak disaksikan pemenuhan kebutuhan asasi masyarakat justru menghawatirkan. Misalnya ditemukan bangunan-bangunan sekolah yang roboh atau hampir roboh, seperti di Sukabumi (okezone.com, 21/8/2021), di Cirebon (okezone.com, 15/9/2021), dan di Bogor (newsdetik.com, 6/9/2021).
Demikianlah, kapitalisme menciptakan jurang pemisah antara si kaya dan si miskin semakin besar, sejalan dengan prinsip invisible hand yang digagas Adam Smith, salah satu tokohnya.
Adapun Islam, menjadikan fokus utama ekonomi adalah bagaimana harta bisa terdistribusi ke tengah masyarakat secara adil. Sehingga, yang menjadi indikator adalah individu per individu.
Islam sebagai sistem yang holistik, mengukur kesejahteraan berdasarkan orang per orang. Standarnya adalah terpenuhinya kebutuhan pokok berupa sandang, pangan, dan papan bagi tiap-tiap individu. Jika ada satu orang yang belum terpenuhi, maka akan diselesaikan. Terpenuhinya kebutuhan pokok ini adalah berdasarkan standar ma'ruf ( cukup). Ini sesuai dengan firman Allah SWT:
“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada anak yang dilahirkan dengan cara ma’ruf”, (QS. Al-Baqarah ; 233).
Terkait ini, jaminan pemenuhan kebutuhan pokok merupakan tanggung jawab negara secara tidak langsung, dengan mewujudkan lapangan pekerjaan bagi para ayah, sehingga mereka dapat memenuhi kewajiban memberi nafkah kepada keluarga secara ma'ruf.
Adapun kebutuhan pokok masyarakat seperti pendidikan, kesehatan, dan keamanan, merupakan tanggung jawab negara secara langsung, dengan mewujudkan sarana dan prasarana secara gratis bagi seluruh rakyat.
Inilah fungsi negara yang digariskan Islam yakni sebagai pelayan masyarakat, sebagaimana hadits Nabi SAW:
“Imam(kepala negara) adalah pelayan masyarakat, dan mereka akan dimintai pertanggung jawaban atas pelayanannya”.
Peran inilah yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz, yang berusaha keras memakmurkan rakyat dalam 2,5 tahun pemerintahannya sampai-sampai tidak didapati seorangpun yang berhak menerima zakat.
Adapun pembangunan infrastruktur yang dilakukan, basisnya adalah pelayanan terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat, yang negara wajib mengadakannya. Seperti pembangunan jalan, jembatan yang sering dilalui masyarakat, bangunan sekolah, dsb.
Basis pelayanan ini menjadikan berbagai pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat secara gratis dan berkualitas.
Saat kebutuhan pokok bagi setiap individu dan masyarakat ini terpenuhi secara ma'ruf, maka akan dapat mengantarkan kepada lompatan-lompatan ke arah yang lebih baik lagi. Yang kesemua itu, merupakan pergerakan ekonomi yang berpihak kepada masyarakat secara keseluruhan, bukan hanya untuk para pemilik modal.
Demikianlah ketentuan-ketentuan yang diatur Islam, yang akan mengantarkan kepada kesejahteraan masyarakat secara ril, bukan hanya berupa data/angka-angka. Dengan ini, kaum perempuan akan fokus mendidik generasi, mencetak generasi-generasi penerus pengisi perdaban,
Ayat Al-Quran ini hendaknya bisa mendorong kita untuk terikat dengan aturan-aturanNya:
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya dan Dia memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka”, ( Q. S. At-Talaq: 1&2).
- Sidang Asusila Agenda Pembacaan Pledoi, Hari ini Digelar
- Fakta Persidangan Ade Barkah dan Siti Aisyah Peluang Pengembangan Kasus?, Ini Kata Jaksa KPK
- Demokrasi Yang Membungkam Suara Kritis Rakyat?
- Dorong Pertanian Cianjur, Kang Budhy Setiawan Tanam Perdana Bibit Kentang Unggulan
- Pemda Cianjur Tambah Aset Bidang Tanah di Kecamatan Cugenang
- KPU Cianjur Launching Desa Peduli Pemilu dan Pemilihan (DP3)
- 30 Perwakilan Petani Porang Konawe, Lakukan Studi Banding ke Desa Sindangasih